Ilmu itu ibarat cahaya. Meskipun proses mencapainya begitu berat dan panjang, ilmu akan menyinari diri dan orang lain. Bagaikan lampu yang menyinari seluruh orang atau benda yang ada dalam jangkauannya. Makanan dan kotoran yang memiliki warna dan bentuk sama bisa dibedakan. Hal itu tidak dapat dibedakan apabila tidak terlihat (gelap) tanpa cahaya. Demikianlah manfaat ilmu, dapat membedakan mana yang baik dan buruk.
Ilmu yang bersifat batin mesti dicapai melalui kekuatan yang berasal dari batin, berfikir, ada kesungguhan dalam jiwa ingin mendapatkan ilmu (cahaya) sehingga belajarnya disiplin dan konsisten. Jika masa belajar saat ini diabaikan maka kesempatan belajar akan hilang atau berkurang (karena dipakai untuk mencari nafkah). Yang lebih masalah lagi apabila sudah tidak ada keinginan mencari ilmu. Kesempatan bagi santri untuk menimba ilmu zahir dan batin yang seluas-luasnya adalah dengan belajar di pesantren dan sekolah untuk ilmu zahirnya, sedangkan untuk ilmu batin didapat dari majelis bersama Guru Mursyid termasuk berzikir untuk menyambungkan hati kepada Allah melalui wasilah-wasilah-Nya.
Tantangan bagi mereka yang menuntut ilmu adalah hawa nafsu dan kehidupan dunia yang dikendalikan oleh syetan. Bebas tidak mau diatur, semaunya, mengejar kenikmatan sesaat, adalah di antara bentuk karakter nafsu. Hawa nafsu diciptakan chemistry (senyawa) dengan kehidupan dunia, oleh karenanya amat berbahaya jika tidak dibimbing. Jika nafsu dilatih dan dibimbing maka ia tidak terjebak oleh dunia, bahkan menjadikannya sebagai media untuk meraih kebahagiaan yang abadi.